Jujur, awalnya saya kurang semangat menonton Coco. Saya pun berhalangan hadir ketika ditawari untuk hadir saat premiere. Baru kemarin saya menonton filmnya… dan ternyata, benar… Coco adalah film yang menurut saya, sangat bagus. Mendekati ending film, saya menangis (sudah bukan dalam kategori menitikkan air mata, tapi sudah banjir). Coba deh, kalau belum menonton film Coco, masih ada kesempatan untuk menontonnya di theatre. I guarantee, you won’t regret it!
Miguel, seorang anak Meksiko berumur 12 tahun, menjadi tokoh sentral dalam film Coco. Miguel tinggal bersama keluarga besar, orangtua, nenek, buyut (bernama Coco). Coco, sudah berusia lanjut dan mulai lupa beberapa hal tetapi Miguel senang bercerita banyak hal pada Coco. Miguel menyukai musik dan ingin menjadi musisi. Tetapi sayangnya keinginan Miguel tidak didukung dan bahkan dilarang oleh keluarga besarnya. Keluarga besar Miguel sangat membenci musik karena ayah buyutnya, meninggalkan keluarga karena mengikuti panggilan hati, mencoba untuk meraih kesuksesan melalui musik. Keluarga besar mereka secara turun temurun menjadi pembuat sepatu, nenek Miguel pun mengharapkan Miguel meneruskan tradisi ini.
Saat Dia de Los Muertos (day of the dead), Nenek Miguel menemukan gitar milik Miguel. Beliau sangat marah sehingga gitar Miguel dibanting. Miguel sangat kecewa dan meninggalkan rumah untuk mengikuti kontes musik. Miguel terpaksa mencuri gitar milik penyanyi idolanya, Ernesto de la Cruz. Ternyata setelah memainkan gitar tersebut, Miguel masuk ke land of the dead. Miguel bertemu dengan orang-orang yang sudah meninggal termasuk leluhurnya, keluarga yang foto-fotonya ada di rumah. Miguel bertemu dengan ibu dari Coco, wanita yang ditinggalkan suami demi musik.
Di land of the dead, Miguel mulai menyadari arti penting keluarga yang selama ini selalu ditekankan oleh para leluhurnya. “Never forget how much your family loves you.”
Lalu bagaimana Miguel bisa kembali ke dunia dan bertemu kembali dengan keluarganya yang masih hidup?
Saya sangat menyukai cerita film Coco dan ada twist yang menarik di 1/3 bagian terakhir film ini. Menonton Coco, semua emosi seperti dikumpulkan sampai puncaknya, membuat saya menangis banjir air mata. Iya, saya sangat lemah kalau sudah menonton film bertema keluarga.
Dibalut dengan cerita berlatar belakang Meksiko yang kental, film Coco memberi pesan agar kita selalu mengingat bahwa keluarga adalah hal yang paling berharga. Meski ada anggota keluarga yang sudah berpulang, hendaknya kita tidak melupakan mereka. Selalu ingat dan selipkan mereka dalam do’a kita.
Remember me
Though I have to say goodbye
Remember me
Don’t let it make you cry
For even if I’m far away I hold you in my heart
I sing a secret song to you each night we are apart
Remember me
Though I have to travel far
Remember me
Each time you hear a sad guitar
Know that I’m with you the only way that I can be
Until you’re in my arms again
Remember me
Sayangnya, saya tidak menonton Coco bersama anak-anak karena mereka sedang berlibur bersama neneknya. Tetapi saya tidak akan menolak untuk menonton Coco lagi bersama anak-anak. Gambar yang indah (Pixar sudah menjadi jaminan mutu dalam hal ini), warna yang cerah, dan lagu-lagu yang menyenangkan di dengar, Coco adalah film yang menjadi favorit saya sepanjang masa.