Biasanya, saya selalu membaca draft novel Adit sebelum dicetak oleh penerbit. Tapi, untuk novel terbaru Bajak Laut & Purnama Terakhir, saya tidak melakukannya. Adit sempet protes sih. Tapi, saya benar-benar ingin menempatkan diri sebagai pembaca novel Adhitya Mulya.
Lalu, bagaimana setelah membaca novel Bajak Laut & Purnama Terakhir?
Mungkin terdengar bias karena saya istri penulis :D tapi, jujur, lepas dari status saya sebagai istri, saya kagum pada Adit. Sebagai penulis, Adit mampu dan berani untuk mengeksplor hal-hal lain. Tidak di situ-situ saja jadi tidak membosankan. Novel komedi, novel parenting, catatannya saat menjadi mahasiswa… dan sekarang novel komedi sejarah. Berwarna sekali kan?
Saya tahu betul ide menulis novel Bajak Laut ini sudah muncul di tahun pertama kami menikah, saat kami masih tinggal di Afrika. Sudah keluar masuk kulkas entah berapa kali. Diselingi menulis novel yang lain. Sampai suatu hari saya bilang sama Adit, “Selesaikan dong novel Bajak Lautnya. Kan lucu.”
Dan kemarin, saya selesai membaca novel Bajak Laut & Purnama Terakhir. Puas. Senang… dan pastinya, bangga!
Membaca novel ini langsung terbayang visualnya yang seru di atas kepala. Lucu udah pasti! Komedi-nya khas Adhitya Mulya banget lah… those ngehe footnotes? Iya! Ada. :D Selain itu, novel ini juga dilengkapi dengan ilustrasi keren dari Apriyadi Kusbiantoro. Jadi lebih menyenangkan theatre of mind saya.
Saya ngga mau ngasih bocoran lebih banyak lagi (lah lagian apa yang dibocorin ya?).
Selamat A! Semoga novel ini bisa menghibur banyak orang.
Terima kasih udah bikin istri dan 2 anaknya bangga sama kamu. Selalu!