Sebenarnya sudah lama saya mengetahui tentang E-Reader (electronic reader). Tapi saya masih maju mundur untuk memilikinya. Mundur karena saya pribadi masih menyukai membaca buku dengan memegang fisiknya. Menyentuh kertas dan tercium aroma khas kertas rasanya tidak terkalahkan.
Sudah menjadi kebiasaan saya untuk membawa buku di dalam tas. Buku apa saja, fiksi atau non-fiksi, yang penting ada sesuatu yang bisa saya baca kalau saya dalam situasi menunggu.
Tapi terkadang, saya lupa membawanya. Misalnya buku yang sedang saya baca saya lanjutkan baca di rumah, lalu lupa memasukkannya kembali ke dalam tas. Jadi tidak ada bacaan ketika menunggu atau sedang luang ketika ada di luar rumah. Kalau begini kan jadinya saya membuka handphone dan mengecek media sosial. Padahal saya bertekad untuk lebih rajin membaca buku.
Tantangan lainnya adalah otomatis dengan membawa buku, beban tas kita menjadi lebih dari biasanya. Kadang-kadang membuat bahu sakit (hellooo usia-yang-udah-ngga-muda-lagi) atau pernah juga buku-nya basah karena terkena air dari tempat minum saya yang kurang rapat ditutup.
Akhirnya saya mulai memikirkan juga untuk memiliki E-Reader. Ada berbagai jenis yang tersedia tetapi pilihan saya jatuh pada Kindle. Membeli-nya pun memanfaatkan harbolnas kemarin di sebuah situs jual beli (diskon 38%! jadi bagaimana tidak terpikir siang malam). Pilihan saya adalah Kindle paperwhite.
Pertimbangan saya untuk membeli Kindle adalah:
1. Untuk buku-buku berbahasa Inggris, cepat dan mudah mendapatkannya (meski tidak semua buku tersedia dalam format e-book). Selama ini saya membeli online di bookdepository.com tetapi jarak dari membeli hingga bukunya sampai memakan waktu yang cukup lama, yaitu paling cepat sekitar 3 minggu. Dengan Kindle, saya tinggal download dan membacanya kemudian. Kindle adalah e-reader yang dikeluarkan oleh Amazon, jadi e-book yang saya beli juga dari Amazon. Pembeliannya menggunakan credit card dan selama ini aman.
2. Berhubung saya tinggal di tempat yang kecil, rak buku rasanya cepat penuh. Jadi untuk memberikan kenyamanan di tempat tinggal, akan lebih simple untuk membeli buku yang tersedia dalam format e-book.
3. Dengan satu gadget, kita bisa “membawa” buku dalam jumlah banyak. Countless! Saat traveling, bisa dipastikan kita tidak akan kehabisan stok bacaan.
Di gadget selain E-Reader pun tersedia aplikasi untuk membaca e-book. Tapi berbeda dengan membaca di handphone atau tablet, E-Reader lebih nyaman untuk mata karena menggunakan tampilan kertas elektronik E ink yang menjadikannya mirip lembaran buku yang biasa kita baca. Berbeda seperti layar komputer yang memancarkan cahaya yang lama-kelamaan akan membuat mata lelah.
Karena tujuan utama E-Reader ini adalah untuk membaca, maka hanya itu yang tersedia di E-Reader. Jadi kita tidak akan terdistraksi dengan hal-hal lain. Ngaku deh, pastinya kalau membaca di tablet atau handphone, begitu ada notifikasi dari aplikasi lain, pastinya kenikmatan kita membaca jadi terdistraksi kan?
Saya pun tidak ragu untuk membiarkan Alde membaca dengan Kindle. Ternyata dia sangat menikmatinya. Minat bacanya meningkat dengan menggunakan Kindle. Justru baginya lebih seru karena memberi kemudahan juga dalam belajar. Bila ada kata yang belum dimengerti, ada fasilitas kamus dan dia bisa menulis notes di halaman e-book yang sedang dia baca. Secara otomatis, bila kita menyudahi membaca, begitu kita membuka lagi Kindle, akan langsung masuk ke halaman terakhir yang kita baca. Bila kita membaca di handphone pun, akan sync ke halaman terakhir ketika kita membuka Kindle. Saya charge Kindle 7 atau 14 hari. Sejauh ini saya belum pernah membiarkan baterainya benar-benar habis.
Memang buku fisik tidak terkalahkan terutama mengenai masalah ilustrasi dan warna. Saya dan anak-anak masih tetap membaca buku fisik dan tidak akan meninggalkannya. E-Reader adalah salah satu alternatif yang menyenangkan dalam membaca buku.